Betapa binalnya pasar kita dapat meihat gerakannya yang sangat fluktuatif. Kemarin “trading range IHSG” sampai mencapai 32 poin yang akhirnya ditutup tipis minus 5 poin. DOW tadi malam sempat naik sampai diatas 200 poin untuk akhirnya tadi pagi diutup minus hampir 27 poin. Pasar sangat digerakan oleh “fear” dang read” terutama dikaitkan dengan menguat dan melemahnya kekuatan Topan Gustav. Kita dapat memperhatikan bagaimana naik turunnya kekuatan a topan tersebut berpengaruh terhadap naik turunnya harga minyak dan mempengaruhi gerakan pasar secara keseluruhan. Tapi ternyata turunnya harga minya ini tidak berhasil mempertahankan rally DOW tadi malam malah sebaliknya DOW jatuh kembali. Artinya bukan hanya harga minya berpengaruh melainkan ada juga factor-faktor lainnya yang harus diperhitungkan.
Menghadapi gerakan pasar yang semacam itu, hanya taktik gerilya lah yang nampaknya cocok dipakai untuk menghadapinya. Taktik “hit and run”, bermain “tek-tok” dan bergerak dengan cepat. Cara-cara trading semacam tersebut hanya dapat dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang memiliki disiplin trading yang tinggi. Lengah sedikit saja, maka “kacilakaanlah” yang akan dihadapi.
Pda pasr yang bearish dan fluktuatif umur kenaikan harga sifatnya san-sangat pendek. Kita dapat melihat bagaimana gerakan UNSP 2 hari terakhir. Hari pertama naik secara signifikan hanya untuk dibanting pada hari kedua. Kita yang greedy dengan mengharapkan UNSP naik lebih dari 2 hari tentunya akan “kecele dan kecewa”. Dan banyak lagi gerakan-gerakan saham lainnya harga semacam di UNSP. Gerakan-gerakan semacam itu saat ini bukan hanya miliknya “saham-saham kacangan” melaingkan juga telah menjalar ke saham-saham dengan gengsi yang tinggi termasuk saham “bluechip”.
Terutama bagi kita dengan modal yang kecil menghadapi pasar semacam ini mengharuskan kita benar-benar menghindarkan sifat “greedy”. Kita tidak dapat mengharapkan menyamai keuntungan yang secara nominal sama dengan mereka-mereka yang bermodal besar. Sekedar ilustrasi, ada pemodal besar masuk dengan Rp 300 juta untung 2% lalu dia lari karena pada hari yang sama telah memperoleh Rp 6 juta. Kejadian semacam ini sering menggoda para pemodal kecil. Masuk dengan Rp 10 juta dan tidak mau lari karena keuntungan baru mencapai 2% atau sama dengan nilai “hanya Rp200 ribu”. Kita ingin hasil kita sama dengan pemodal besar tadi yaitu mencapai keuntungan Rp 6 juta dan mengambil keputusan untuk tidak lari karena menunggu yang Rp 6 juta tersebut. Kita tidak sadar bahwa untuk mencapai Rp 6 juta, kita harus memperoleh keuntungan sebesar 60%. Menunggu untuk mencapai keuntungan sebesar perumpamaan tersebut pada saat pasar seperti keadaan sekarang adalah sama dengan menunggu atau mengaharpkan kucing bertelur. Kebiasaan semacam ini harus kita hilangkan jika kita seorang trader. Memang ada istilah “let profit run”. Akan tetapi istilah tersebut sangat tidak berlaku pada keadaan saat ini. Pada pasar yang bearish dan sangat fluktuatif dimana umur kenaikan harga sangat pendek seperti terjajdi pada saat ini, yang berlaku ialah “take your profit as soon as possible” and to protect your capital let your loses as small as possible” karena kita harus tetap menentukan bahwa reward kita harus tetap lebih tinggi dari risk kita. Jadi jika target keuntungan yang kita tentukan kecil saja maka target cut loss nya juga harus lebih kecil dari target keuntungannya.
Harga minyak turun. Kita dapat melihat pengaruhnya kemarin bagaimana harga-harga sector finansial, property dan otomotif naik dan sebaliknya saham-saham berbasis komoditi turun. Gerakan yang bertentangan telah terjadi lagi.
Pagi ini harga minyak masih dibawah USD 110/barel masih turun dibandingkan sehari sebelumnya. Lalu akan bergerak kemanakah pergerakan IHSG atau saham-saham yang beradi didalamnya? Nobody knows. Ikuti saja gerakannya seperti para peselancar mengikuti gerakan gelombang dan tentunya untuk menjadi peselancar yang baik, maka kita harus menguasai ilmunya dan bukan hanya itu saja akan tetapi harus juga memiliki pengalaman serta disiplin seorang peselancar didalam menghindarkan resiko-resiko berselancar.
Memang biasanya jika harga minyak turun maka sector energi dan komoditi turun serta sector financial, property serta otomotif naik. Tapi apakah selalu begitu? Harus diingat bahwa banyak fakor-faktor lain yang mempengaruhi naik turunnya sector-sektor atau saham-saham yang berada didalamnya dan bukan hanya skedar dipengaruhi oleh naik turunyya harga minyak.
Selamat berselancar dan hati-hati jangan sampai menabrak karang.
ER – From J-Club Desk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar